Filsafat Ilmu Komunikasi – Teori, Pilar, dan Penjelasannya
Ilustrasi Filsafat Komunikasi |
Filsafat dalam bahasa Yunani “Philos sophia” mengandung makna cinta akan kebijaksanaan atau kebenaran. Sementara itu, filsafat ilmu dapat diartikan sebagai landasan pemikiran yang mendasar dari suatu ilmu untuk mencapai kebenaran. Dimana kita ketahui bahwa filsafat merupakan induk dari ilmu pengetahuan termasuk ilmu komunikasi.
Filsafat komunikasi adalah suatu disiplin yang menelaah
secara mendasar mengenai keilmuan komunikasi dari teori hingga semua hal yang
terkait dengannya. Menurut Prof. Onong Uchjana Effendy, filsafat komunikasi
adalah suatu disiplin yang menelaah secara fundamental, metodologis, analitis,
kritis, dan holistis teori.
Tidak hanya itu, filsafat komunikasi juga mempelajari proses
komunikasi yang meliputi segala dimensi menurut bidangnya, sifat, tatanan,
tujuaan dan fungsinya, teknik, serta peranannya.
Sementara itu menurut Richard Logan filsafat komunikasi
adalah suatu disiplin dalam rangka menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai
berikut.
- Apa yang Aku ketahui ?
- Bagaimana Aku mengetahuinya?
- Apakah Aku yakin ?
- Apakah Aku benar ?
Empat Pilar Filsafat Komunikasi
Terdapat empat pilar dalam filsafat komunikasi, yaitu :
Ontologi
Menurut Suparlan (2005) ontologi berarti telaah atau studi
mengenai arti sesuatu yang “ada” dan “berada”, tentang ciri-ciri yang mendasar
yang ada padanya menurut bentuknya yang paling abstrak.
Ontologi merupakan teori yang membahas mengenai hakikat dari
suatu ilmu pengetahuan. Hakikat diartikan sebagai suatu realitas kenyataan yang
utuh, dapat pula dikatakan yang sebenar-benarnya. Lebih lanjut, ontologi merupakan
kajian mengenai objek materil dan objek formil dari ilmu pengetahuan, yaitu
berkenaan dengan hal-hal yang bersifat empiris.
Dalam pandangan ontologi, ilmu komunikasi dipahami melalui
objek materil dan objek formilnya. Objek materil dalam kacamata ontologi
dimaknai bahwa komunikasi sebagai sesuatu yang berada pada tingkat paling
abtrak. Sementara itu, objek formal dalam kacamata ontologi memandang bahwa
komunikasi merupakan sebuah sudut pandang (point of view) yang kemudian
memberikan kerangka bagi dimensi studi itu sendiri.
Sehingga dapat disimpulkan ontologi komunikasi memberikan
penjelasan yang dimaksud hakikat komunikasi.
Epistemologi
Epistemologi merupakan metode atau teori yang mengkaji
bagaimana suatu ilmu pengetahuan didapat atau diperoleh. Fokus dari pada
epistemologi adalah metode atau cara memperoleh pengetahuan. Kemudian juga
tentang verifikasi dan kebenaran dari suatu pengetahuan.
Aspek epistemologi adalah suatu kebenaran. Realitas atau
fakta yang dipandang dari aspek mengapa dan bagaimana realitas atau fakta itu benar dan apakah realitas atau fakta itu
dibuktikan kebenarannya. Epistemologi pada dasarnya adalah suatu metode yang
didalamnya membahas bagaimana suatu pengetahuan dirangkai dari data-data yang
diperoleh menggunakan metode ilmiah yang dapat di pertanggungjawabkan.
Kemudian, kaitannya dalam bahasan ini adalah, bahwa
kemunculan ilmu komunikasi sebagai suatu ilmu pengetahuan tidak bisa dilepaskan
dari perkembangan ilmu sosial sebagai payung diatasnya. Perkembangan keilmuan
pada ilmu sosial memberikan sebuah landasan bagi terciptanya cabang keilmuan
yang baru. Sehingga, diperoleh ilmu komunikasi sebagai sebuah ilmu pengetahuan
yang utuh. Dimana dalam komunikasi sendiri, epistemologi komunikasi diartikan
sebagai suatu penjelasan yang membahas metode, teori, serta proses komunikasi.
Aksiologi
Aksiologi mempelajari dan membahas tentang manfaat yang
diperoleh dari suatu ilmu pengetahuan, serta menyelidiki hakikat nilai baik
etika maupun estetika. Dalam pandangan ini, hakikat ilmu pengetahuan yang
bersifat etik sangat terkait dengan aspek kebermanfaatan dari ilmu pengetahuan
itu sendiri.
Aspek aksiologis sangat terkait dengan tujuan yang bersifat
filosofis pragmatis. Tujuan tersebut memiliki asas kebermanfaatan yang terkait
dengan tujuan dan kepentingan dari pada manusia itu sendiri. Bahwa,
perkembangan ilmu komunikasi tidak terlepas dari kebutuhan manusia itu sendiri
akan pentingnya komunikasi. Kebutuhan manusia akan komunikasi inilah yang
diartikan sebagai suatu tujuan pragmatik.
Sehingga dapat disimpulkan, aksiologi komunikasi adalah
sebuah penjelasan mengenai substansi, tujuan dan manfaat komunikasi.
Logika
Logika berkaitan dengan kajian terhadap prinsip-prinsip dan
metode pemikiran atau penalaran secara benar. Bahwa suatu pemikiran yang
dikomunikasikan atau disampaikan kepada orang lain merupakan suatu keputusan
sebagai hasil dari olah pikir seseorang secara logis dan rasional.
Dalam berkomunikasi diperlukan suatu pemikiran yang logis
dan benar (pertimbangan logis). Pertimbangan tersebut dilakukan sebelum
memutuskan untuk menyampaikan suatu pesan, gagasan, dan informasi serta simbol
tersebut kepada orang lain yang menjadi lawan komunikasi.
Bahkan dalam komunikasi, logika menjadi sangat penting bagi
berlangsungnya komunikasi yang baik. Dalam hal ini, logika merupakan menjadi
kunci bagi tersampainya pesan yang logis dan dapat diterima. Oleh karena itu,
tanpa logika mustahil komunikasi akan berjalan sebagaimana mestinya.
Metodologi Penelitian Komunikasi
Positivistik
Pandangan ini merupakan pandangan tertua dalam kajian ilmu
sosial termasuk ilmu komunikasi. Positivistik merupakan pandangan yang
berpendekatan sebagaimana ilmu-ilmu alam. Pandangan ini melihat suatu peristiwa
sosial yang ada sebagai suatu gejala sebab-akibat. Dapat dikatakan pula sebagai
sesuatu yang terjadi disebabkan oleh alasan tertentu. Pandangan ini
menyetarakan ilmu-ilmu tetang manusia dengan ilmu-ilmu alam.
Menurut Ardianto (2009), ilmu komunikasi memandang bahwa
positivistik ini adalah komunikasi sebagai sebuah proses linier sebab-akibat
yang mencerminkan upaya pengiriman pesan untuk mengubah pengetahuan penerima
pesan yang aktif. Artinya, dalam pandangan ini proses komunikasi ditentukan
oleh si pengirim pesan. Berhasil atau tidaknya itu tergantung bagaimana upaya
si pengirim pesan. Jika berhasil, berarti disebabkan upaya yang baik dari
pengirim pesan, jika tidak maka sebaliknya. (Baca juga: Komunikasi Antar
Budaya)
Dalam pandangan ini penelitian komunikasi disamaratakan
dengan penelitian ilmu alam menggunakan metode kuantitatif , yakni menggunakan
data berupa angka sebagai ukuran dan pedomannya. Teori kultivasi dan teori
agenda setting merupakan teori yang terkait dengan pandangan ini.
Post-Positivistik
Pandangan ini merupakan pandangan yang menentang atau anti
thesis pandangan positivistik, dengan alasan tidak mungkin menyetarakan
ilmu-ilmu tentang manusia dengan ilmu alam. Dikarenakan tindakan dan perilaku
manusia tidak dapat diprediksi dengan satu penjelasan mutlak, sebab manuasia
merupakan makhluk yang dinamis dan senantiasa berubah. (Baca juga: Teori
Komunikasi)
Pada satu sisi post-positivistik sepaham dengan positivistik
yang menyatakan bahwa realitas sosial itu nyata keberadannya disesuaikan dengan
hukum alam. Akan tetapi, disatu sisi, post-positivistik berpendapat bahwa
realitas sosial yang sebenarnya tidak mungkin didapatkan saat mereka tidak
terlibat dengan objek yang diteliti. kebenaran suatu realitas sosial akan
didapatkan saat kita terlibat langsung dengan objek yang diteliti.
Hubungan antara peneliti dengan suatu realitas haruslah
bersifat interaktif dan untuk itu perlu menggunakan prinsip trianguulasi yaitu suatu metode yang membandingkan data
dari berbagai subjek terkait guna memperoleh data yang benar-benar objektif
tidak hanya dari satu sudut pandang.
Dalam hal ini komunikasi, tidak hanya ditentukan oleh
pengirim pesan saja melainkan oleh keduanya. Dimana faktor keberhasilan dan
kegagalan komunikasi dapat disebabkan dan sangat dimungkinkan oleh salah satu
diantara penerima maupun pengirim pesan, bahkan keduanya.
Konstruktivistik
Pandangan konstuktivistik berpendapat realitas sosial
bukanlah suatu hal alamiyah, melainkan terbentuk dari suatu konstruksi.
Sebagaimana dijelaskan dalam pandangan positivitik, Pandangan ini berfokus pada analisis
bagaimana suatu peristiwa atau realitas
dikonstruksi dan dibentuk.
Dalam pandangan konstruktivistik subjek dengan objek
komunikasi merupakan suatu kesatuan. Dalam pandangan ini bahasa yang menjadi
objek penelitian tidak hanya untuk memahami apa yang menjadi realitas saja.
Namun lebih dari itu, bahasa dipandang sebagai bagian tak terpisahkan dari
subjek sebagai pengirim pesan. Sementara itu subjek sendiri dalam paradigma
konstruktivistik diasumsikan sebagai pemain utama dalam suatu komunikasi. Teori
kegunaan dan kepuasan serta teori interaksionalisme simbolik adalah teori yang
berada dibawah paradigma ini.
Kritis
Paradigma kritis ini lahir sebagai sebuah gagasan yang tidak
sepakat pandangan kontruktivistik yang
dianggap kurang peka terhadap proses pemaknaan dan pemaknaan kembali terhadap
suatu realitas baik terjadi baik secara historis maupun secara institusional.
Analisis pada teori kritis tidak hanya terfokus pada apa
yang dianggap benar dan tidak benar dalam penggunaan sebuah strukur bahasa
maupun proses penafsiran serta penggunaan simbol – simbol komunikasi layaknya
pada pandangan kontruktivistik.
Menurut Pambanyun (2013) paradigma kritis bersifat realism
historis, artinya suatu realitas objektif diasumsikan dan harus dipahami
sebagai suatu yang plastis atau tidak sebenarnya. Artinya realitas objektif itu
dibentuk secara terus menerus atau kontinyu oleh berbagai faktor, seperti
sosial,politik, ekonomi dan budaya yang justru bahkan disatukan kedalam suatu
rangkain struktur yang sekarang ini dianggap sebagai sesuatu yang nyata atau
alamiah.
Sebagian besar ahli beranggapan bahwa teori kritis ini
sangat erat kaitanya dengan media massa, dimana massa pembawa informasi yang
mampu menggugah kritik terhadap realitas objektif atau peristiwa yang menjadi
muatanya.
Dalam ilmu komunikasi pandangan ini memberikan sumbangsih
pada teori Feminis dan Teori Analisi Wacana.
Teori Filsafat Dalam Ilmu Komunikasi
Landasan ilmu komunikasi yang pertama, sebagaimana induk
dari ilmu pengetahuan adalah filsafat. Filsafat melandasi ilmu komunikasi
berdasar teori dari aristoteles dan plato yaitu Ethos, Pathos dan Logos.
Filsafat Komunikasi dan Penelitian Komunikasi
filsafat merupakan kajian akan sebuah kebenaran, dimana
kebenaran merupakan hakikat dari sebuah ilmu pengetahuan. Oleh karenanya,
filsafat komunikasi sebagaimana dijelaskan oleh Prof. Onong Uchiana Efendi,
sebagai suatu disiplin yang memiliki makna bahwa filsafat komunikasi merupakan
kajian mendalam dan mendasar yang mengkaji hakikat ilmu komunikasi sebagai
sebuah ilmu pengetahuan yang utuh.
Sehingga filsafat komunikasi merupakan kajian yang menjadi
pondasi atau dasar bagi berdirinya ilmu komunikasi secara utuh yang meliputi
hakikat secara mendalam termasuk metodologi, analitis, teori, dan segala bentuk
dimensinya.
Disisi lain dalam pengembangan dan penelitian suatu ilmu
pengetahuan haruslah mempunyai dasar yang kokoh. Dan dasar atau pondasi
tersebut diperoleh melalui kajian filsafat, sebagaimana dalam penjelasan diatas
dijelaskan apa yang menjadi pilar dalam ilmu komunikasi diakaji dari teori
filsafat serta bagaimana paradigma penelitian dalam ilmu komunikasi.
Dengan kata lain filsafat komunikasi merupakan dasar atau
pondasi bagi pengembangan dan penelitian ilmu komunikasi. Dimana melalui kajian
filsafat ini lah diperoleh dasar keilmuan yang menjadi pedoman dalam penelitian
dan pengembangan suatu ilmu pengetahuan tak terkecuali ilmu komunikasi. Oleh karenanya, erat
kaitannya antara filsafat komunikasi dengan penelitian komunikasi. Dimana,
filsafat berperan memberikan kearangka keilmuan, sedangkan penelitian bertugas
mengembangkan sebuah ilmu pengetahuan.
Manfaat Mempelajari Filsafat Komunikasi
Sebagai induk dari ilmu pengetahuan, filsafat merupakan
kajian yang penting. Sebuah pengetahuan dapat dikatakan sebagai suatu ilmu
pengetahuan apabila telah memenuhi syarat sebagai suatu ilmu, tak terkecuali
ilmu komunikasi, dan filsafat komunikasi sebagai suatu kajian yang mendasar
atas keilmuan ilmu komunikasi itu sendiri.
Sehingga dengan mempelajari filsafat komunikasi banyak
manfaat yang dapat kita peroleh dalam rangka mempelajari ilmu komunikasi secara
utuh. Dengan mempelajari filsafat komunikasi kita menjadi paham mengenai
hakikat ilmu komunikasi itu sendiri serta bagaimana dan apa yang menjadi dasar
atau kerangka dari keilmuan tersebut.
Sehingga kedepanya semakin memantabkan pengetahuan dan keilmuan kita
sebagai bekal dalam mempelajari perkemnbangan ilmu komunikasi lebih lanjut.(**)
Artikel ini diambil dari situs https://pakarkomunikasi.com/filsafat-komunikasi sebagai contoh postingan artikel di blog.
Komentar
Posting Komentar