Melihat Batu Raksasa di Bukit Kandis

Bukit Kandis diambil dari Desa Renah Lebar

Bukit Kandis sebagai destinasi wisata baru di Kabupaten Bengkulu Tengah, mulai dikelola dengan baik. Destinasi yang dikenal dengan batu raksasa ini memiliki pesona alam yang membuat pengunjung merasa betah berada di sana.

Awan mendung bergelayut manja ketika saya bersama Sean Kilimanjaro dan Kartika Aditya bertandang ke Desa Durian Demang, Kecamatan Karang Tinggi. Meski rintik hujan mulai turun, tapi tak menyurutkan niat kami berkunjung ke kawasan yang dikenal dengan batu raksasanya itu.

Ya. Bukit Kandis identik dengan tempat wisata batu besar. Dulunya kawasan ini hanya didatangi oleh penambang batu, pemilik kebun atau para pencinta olahraga petualangan. Tak sedikit kelompok pencinta alam yang datang ke sana untuk melakukan panjat tebing atau rock climbing.

 
Area parkir di Bukit Kandis

Kisaran tahun 2006 awal pertama kali ke sana, pepohonan masih rimbun. Asyik sekali buat berkemah. Sekarang setelah 12 tahun berlalu, sudah sangat banyak yang berubah. Sekelilingnya didominasi perkebunan sawit. Penambang batu pun sudah tidak ada lagi.

Yang menarik perhatian adalah kawasan yang dulunya tempat penumpukan batu yang dikelola PT. Bengkulu Mandiri, sudah ditata dengan konsep pariwisata.

Ada tempat parkir, musala, camping ground, toilet dan lain-lain. Yang paling menarik perhatian adalah dek fotografi yang terbuat dari struktur bambu kokoh. Pengunjung bisa berfoto atau mengambil foto hingga ujung tebing melalui dek ini. 

Untuk menuju ke punggungungan bukit pun sekarang sudah ada jalan setapak yang sudah disemen. “Perbaikan kawasan Bukit Kandis itu menggunakan dana desa,” kata Meli Harni, temanku yang tinggal tak jauh dari kawasan wisata Bukit Kandis.

Apa Istimewanya Bukit Kandis

Keberadaan batu raksasa di kawasan Bukit Kandis menjadi daya tarik utama kenapa orang datang ke sana. Karena bentuk batunya unik, sudah pasti membuat banyak orang ingin berfoto dengan latar belakang bukit batu ini. Dari kejauhan, batu ini menyerupai singa yang tengah bersantai.

Kalau sudah naik di ketinggian, pengunjung yang datang juga bisa melihat langsung panorama yang indah ke penjuru kawasan Datar Lebar dan Datar Tinggi. Di bagian punggungan bukit sekarang pun sudah ditata.

Bagian tengahnya dibuatkan semacam danau buatan. Dikelilingi rumput dan jalan setapak. Dekorasi alami lainnya adalah pecahan-pecahan batu besar yang instagramable dijadikan tempat berfoto.

Saat melihat danau buatan itu, sontak  saya terkenang bang Arafik Trisno, senior saya di organisasi mapala Palasostik. Ia gemar sekali mengerjai juniornya. Terutama seperti saya yang masih polos. Polos pada saat itu. Hihi.

Bang Rafik menyuruh kami untuk naik ke puncak bukit batu. “Kalau la nyampai puncaknyo, kelak pasti tetengok danau yang elok nian. Ado goa jugo,” bujuk Bang Rafik. Lalu naiklah kami ke sana. Saya, Ocha, Dowe, Harsen, Ayuk Pakis dan beberapa orang lainnya.

Eng ing eng… Setelah sampai ke puncaknya, saya beneran melihat danau. Tapi danaunya danau kubangan sapi bulat-bulat. Ada di punggungan bukit, ada juga di bawah bukit. Terus goanya?

Goa yang kami lihat di puncak batu itu memang ada. Tapi yang bisa wara-wiri keluar masuk hanya burung atau kelelawar dan hewan lainnya. Dari dalam batunya merembes aliran air.

Heu heu, berasa kena PHP. Tapi berkat PHP, jadi pernah punya pengalaman naik sampai ke puncaknya.

Oh iya. Selain foto-foto, jangan lupakan membawa makanan bekal atau camilan. Jika terlanjur tak bawa, bisa juga membeli di tempat, di warung-warung yang berdiri di atas bukit. Sampahnya, nanti bawa pulang ya.

Keistimewaan lainnya, Bukit Kandis menjadi tempat wisata yang memacu adrenalin. Olahraga panjat tebing, offroad dan motorcross, cocok dilakukan di kawasan sekitarnya.

Untuk jalur pemanjatan, sudah ada beberapa yang terpasang. Misalnya jalur Palasostik, jalur tokek PAFE, jalur Kampala dan lain-lain. Khusus pemanjatan, pastikan membawa peralatan safety procedure dan bersama tim yang sudah ahli ya.


Amankah Membawa Anak-anak?

Sean Kilimanjaro di Bukit Kandis

Jalan-jalan ke Bukit Kandis tak hanya bisa dilakukan bersama sahabat. Tapi juga keluarga. Jika membawa anak, sebaiknya yang sudah diatas dua tahun. Kalau masih terlalu kecil, kawasan ini cukup terik di siang hari. Terkadang cuaca cepat berubah. Panas terik, mendung, hujan.

Pengalaman ke sana membawa Sean Kilimanjaro, 3 tahun kurang 2 minggu, Alhamdulillah sih aman-aman saja. Asalkan pengawasan orangtua jangan sampai lengah. Lepas pengawasan, takutnya anak terguling ke tebing. Sebab tempat wisata ini berada di ketinggian sekitar 100-22 meter diatas permukaan laut (mdpl).

Lewat Mana Rutenya?

Peta wilayah Bukit Kandis memudahkan pengunjung yang datang.

Peta lokasi area wisata Bukit Kandis.
Dari Kota Bengkulu menuju Bukit Kandis memakan waktu sekitar 40-50 menit menggunakan kendaraan. Sebaiknya sih naik kendaraan pribadi. Belum ada angkutan umum khusus dari simpang menuju kawasan wisata.

Nanti kalau kita melewati jalan lintas, begitu bertemu dengan Kantor Desa Durian Demang, langsung saja belok kiri di jalan yang berada di samping kantor desa.

Sepanjang satu kilometer pertama melintasi jalanan berbatu yang terbilang masuk kurang bagus. Perlu berhati-hati mengendarai mobil atau motor saat jalan menurun atau mendaki. Tapi sebagian jalan sudah aspal mulus.

Di ujung jalan akan ada dua simpangan. Sebenarnya simpangan ini merupakan jalan melingkar. Tapi jika ingin melintasi gerbang masuk bukit bisa ambil jalan kiri saja.

Jika ingin ke Bukit Kandis, waktu yang ramai adalah saat sore hari dan akhir pekan. Apabila ingin lebih nyaman untuk berfoto-foto bisa pilih waktu weekday atau pagi hari sebelum matahari beranjak ke atas kepala.

Tentang Nama dan Mitos

Ada yang tahu nggak sih, kenapa bukit batu raksasa itu bernama Bukit Kandis? Menurut warga setempat, dulunya di kawasan bukit banyak pohon kandis (asam kandis). Dulu batang-batang asam kandis dimanfaatkan penambang sebagai tempat berteduh. Tapi sekarang, pohon-pohon kandis itu sudah punah. 

Keberadaan Bukit Kandis, tentu saja diwarnai mitos dan misteri. Tak seikit orang yang merasa bingung kenapa bisa sebongkah batu raksasa berada di tengah-tengah sebuah dataran lebar yang tingginya berbeda. Saat bertemu dengan warga yang menambang di sana beberapa tahun lalu, disebutkan bahwa di atas puncaknya ada makam seorang nenek.

Hal lainnya yang menarik perhatian adalah walaupun kawasan Bukit Kandis adalah yang tertinggi dibandingkan dataran sekitarnya, namun memiliki mata air yang cukup besar. Dulu saat PT. Bengkulu Mandiri masih berdiri, di bagian belakang kantornya ada pancuran air dari mata air yang besar dan jernih.

Lalu di muka bukit depan jalur pemanjatan juga ada mata air jernih. Begitupun di belakang pondok yang berada di simpang tiga jalan memutar menuju bukit. “Kalau kecek (kata) orang tua dulu, di dalam baru Bukit Kandis isinya sumber mata air yang melimpah. Kalau batu besak ini samai pecah, banjir semua desa-desa yang ada di bawahnya,” kata bapak penambang batu itu.

Mendengar cerita itu saya cuma manggut-manggut. Sambil berpikir, bisa saja benar. Sebab di pagi hari atau sore hari ada aliran air merembes dari bebatuan mengalir ke bawah, membasahi jalur pemanjatan. Padahal terkadang tidak turun hujan sama sekali.

Gimana, masih penasaran sama Bukit Kandis? Yuk datang langsung ke daerah wisata ini.(**)

Komentar

Postingan Populer